Kamis, 09 Agustus 2018

Hajar, Single Parent Sukses!



Idul Adha merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah. Disebut juga Idul Nahr yang artinya hari raya penyembelihan (Qurban). Di dalamnya mempunyai keistimewaan yang tinggi dan pengorbanan yang hebat.


Berbicara tentang Idul Adha, memang tidak bisa lepas dari tiga tokoh utama, yakni Ibrahim as., Ismail as., dan Hajar. Allah memberi ujian yang sangat berat kepada mereka. Hari-hari yang penuh cobaan itu mereka lalui dengan sabar dan tabah. Yakin bahwa Allah akan memberi pertolongan dan tidak akan menyia-nyiakannya.


Pernahkah terbayang oleh kita bagaimana perasaan Hajar ketika dibawa Ibrahim as. ke suatu lembah yang gersang, tandus, dan susah untuk mendapatkan air? Ia dan bayinya, Ismail as. kemudian ditinggalkan di tempat itu.


Bingung, resah dan gelisah menggelayuti perasaan Hajar. Bagaimana tidak? Sebagai manusia normal pastinya sangat sedih ketika ditinggal suami pergi jauh, entah kapan kembalinya. Hajar hanya dibekali sekantong kurma dan air. Jika habis, tidak tahu kemana lagi akan mendapatkan makan dan minum untuk kehidupan selanjutnya.


Hajar memahami bahwa yang dilakukan Ibrahim as. adalah perintah Allah. Sehingga ia menerimanya dengan ikhlas. "Jika memang begitu perintah-Nya, aku yakin bahwa Allah tidak akan menelantar kami", ucap Hajar kepada Ibrahim as. yang saat itu beranjak pergi meninggalkannya.


Keimanan yang kuat menancap dalam sanubari Hajar. Membuatnya taat dan patuh kepada Allah tanpa banyak protes. Tinggal di tempat yang gersang dan tandus bukanlah hal yang mudah. Bahkan suku Amaliqah pun kapok tinggal di daerah tersebut karena susah mendapatkan sumber air.


Dalam kehidupan barunya yang berbeda, ia lalui hari demi hari dengan sabar dan berjuang tanpa suami. Berjuang untuk apa? Berjuang sebagai single parent. Ketika bekal yang diberikan oleh Ibrahim as. habis, ia berusaha untuk mencari makan dan minum untuk diri dan anaknya. Berlari bolak-balik hingga tujuh kali dari bukit Shafa ke Marwa, ternyata yang dilihat hanyalah fatamorgana.


Hampir putus asa, karena tidak mendapat yang ia cari. Namun, rasa itu ia tepis dengan menghadirkan iman kepada Allah. Pasti Allah akan memberi pertolongan! Ia pun kembali menuju pada bayinya dan terkejut ketika melihat air mengalir di dekat kaki Ismail as. Inilah nikmat dari Allah yang tidak disangka-sangka. Hadir rasa syukur yang luar biasa kepada Allah Ta'ala.


Hajar, sosok wanita salehah yang kuat dan tegar. Patut diteladani para muslimah zaman now dalam menghadapi getirnya kehidupan dan fitnah. Keimanannya pada Allah mampu mengalahkan rasa takut akan hal-hal yang dikhawatirkan kebanyakan manusia. Meski ditinggal pergi suami, ia tidak berpangku tangan begitu saja. Namun, tetap berikhtiar dan tawakal dalam mengarungi kondisi sulit di setiap episode kehidupannya.


Pelajaran berharga bagi kita, para istri. Jangan pernah mengeluh dan mencaci suami karena alasan rezeki yang seret. Tetaplah taat pada suami, sebagai wujud ketaatan kita pada Allah. Penderitaan yang kita alami, belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ujian hidup Hajar. Berilah dukungan pada suami dalam dakwah dan jihad fisabilillah. Agar punggungnya tetap tegak mengemban amanah umat.


Tetaplah semangat dalam mengasuh anak-anak dengan baik sebagaimana yang dilakukan Hajar pada Ismail as. Yakinlah bahwa Allah Zat Pemberi Rezeki dan tidak akan menelantarkan hamba-Nya yang beriman. Bermodal iman yang kuat, Allah akan berikan pertolongan dalam setiap situasi sulit yang menimpa kita.


Hajar dulunya seorang budak. Namun, menjadi mulia karena iman dan taat pada Allah. Namanya dikenang sepanjang masa dan diabadikan dalam beberapa ritual ibadah haji. Semoga kita dapat meneladani beliau dalam hal iman dan taqwa kepada Allah Ta'ala. Serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.


* Irlind

Sabtu, 09 Juni 2018

Di Balik Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Israel



Israel secara resmi melarang wisatawan asal Indonesia memasuki wilayahnya mulai 9 Juni 2018. Pelarangan ini merupakan bentuk respon balasan terhadap pemerintah Indonesia yang telah terlebih dahulu melarang warga Israel mengunjungi Indonesia.


Bagian imigrasi Indonesia menolak beberapa grup Israel yang sudah memegang visa untuk masuk Indonesia dengan alasan masalah politik yang berkaitan erat dengan daerah Gaza. Memang kebijakan luar negeri Indonesia selama ini condong ke pihak Palestina dan menentang pendudukan Israel.


Indonesia mengecam tindakan brutal Israel membunuh warga Palestina dalam aksi "Great Return March" di Jalur Gaza, ketika memperingati 70 tahun Nakba, 15 Mei lalu. Nakba merupakan peristiwa pengusiran secara paksa terhadap ratusan ribu warga Palestina untuk meninggalkan rumah mereka oleh Israel yang sedang mendeklarasikan kemerdekaannya saat itu.


Meskipun Menteri Luar Negeri Israel telah berupaya melobi Indonesia untuk memberikan visa kepada warga Israel, namun usahanya gagal. Sehingga hal ini memicu Israel memberlakukan hal yang sama, yakni melarang wisatawan berpaspor Indonesia masuk ke negaranya.


Akibatnya, banyak warga Indonesia yang merasa dirugikan. Terutama para agen tur ziarah yang mengalami kerugian lumayan besar dalam bisnisnya. Sebab, minat peziarah Indonesia ke Masjidil Aqsa selama ini cukup tinggi. Apalagi di bulan Ramadan ini, peminatnya meningkat menjadi sekitar seribuan orang.


Bahkan ada salah satu agen tur ziarah—Agindo Tours— yang merasa bingung menjawab berbagai pertanyaan dari para peserta turnya. Karena mereka sudah mendapat visa dan akan berangkat pada tanggal 21 juni nanti. Namun, harus tertunda akibat adanya aturan pemerintah Israel tersebut.


Sebenarnya, dalam hal ini Israel juga mengalami kerugian di bidang pariwisata. Demikian pula Palestina. Karena wisatawan ke sana tidak hanya berkunjung ke Israel, tapi juga ke Palestina. Ketika akan mengunjungi Palestina harus memakai visa Israel karena masuknya dari perbatasan Israel.


Namun, kerugian yang dialami Israel sepertinya tidak begitu berdampak bagi perkembangan ekonomi di negaranya. Karena masih ada penopang ekonomi lainnya, yakni perdagangan. Meskipun Indonesia dan Israel sama sekali tidak menjalin hubungan diplomatik, tapi masih ada bentuk kerja sama bisnis antara dua negara tersebut.


Pada 2015, Kementerian Ekonomi Israel melaporkan adanya peningkatan yang signifikan dalam bidang perdagangan antara kedua negara. Dengan pencapaian sekitar $ 500 juta setiap tahun. Ekspor utama Indonesia ke Israel berupa bahan-bahan mentah. Seperti plastik, kayu, batu bara, tekstil dan minyak sawit.


Para pejabat di Asosiasi Perdagangan Luar Negeri dan Kementerian Ekonomi Israel, mengungkapkan bahwa Israel dan Indonesia adalah mitra bisnis jangka panjang. Di bidang perdagangan mencapai ratusan juta dolar dalam setahun.


Selain kerja sama bisnis, dua negara tersebut juga menjalin kerja sama di bidang tehnologi. Israel mempunyai banyak perusahaan tehnologi canggih dan berupaya keras mendorong investor untuk berinvestasi di perusahaan baru dan bertehnologi tinggi di negara-negara lain, termasuk Indonesia.


Tehnologi medis, seluler, dan keuangan, semuanya ditawarkan dan disambut baik di Indonesia. Bahkan ada kongsi dagang Israel-Indonesia yang memposting kisah sukses bisnisnya di Indonesia pada situs web perusahaan Israel.


Mengherankan bukan? Di balik kebijakan luar negeri Indonesia yang seakan-akan mengecam Israel, ternyata malah menjalin kerjasama yang hangat. Dalam politik memang susah untuk mengatakan siapa yang benar dan salah. Yang ada hanyalah apa yang cocok untuk kepentingan pemerintah saat itu.



*Irlind



Sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-44316814
http://www.ihram.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/18/05/30/p9jti6385-seribu-orang-indonesia-ziarah-ke-aqsa-pada-bulan-ramadhan
https://www.middleeastmonitor.com/20180530-israel-bans-entry-of-indonesia-tourists/
https://www.timesofisrael.com/worst-kept-secret-israel-indonesia-do-business-together/

Jumat, 18 Mei 2018

Flashback Aksi 212



Pemicu Aksi Bela Islam

Bermula dari beredarnya video pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengandung unsur penistaan terhadap agama Islam. Saat melakukan kunjungan kerja ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.


Video tersebut menjadi viral dan menuai banyak kecaman dari umat Islam karena telah menghina Al-Qur'an, terutama surat Al-Maidah: 51.


Meski Ahok telah membuat pernyataan minta maaf. Namun, bagi umat Islam permintaan maaf tidak cukup dan proses hukum harus tetap berjalan. Sehingga pada 14 Oktober 2016 ribuan umat Islam yang dikomandoi oleh FPI melakukan unjuk rasa—Aksi Bela Islam I.


Mereka menuntut agar segera dilakukan penyelidikan atas kasus penistaan agama tersebut. Selain itu juga mengecam akan mengadakan aksi yang lebih besar jika tidak kunjung merespon kasus ini dalam 3 pekan berikutnya.


Melihat respon pemerintah yang sangat lamban dalam menangani kasus Ahok ini. Membuat ormas Islam kembali mengajak umat Islam untuk ikut serta dalam Aksi Bela Islam II pada 4 November 2016.


Aksi damai ini dikomandoi oleh GNPF MUI dan dihadiri ratusan ribu orang yang berkumpul di depan Istana Negara. Mereka menuntut untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo agar segera menuntaskan kasus penistaan agama yang melibatkan Ahok.


Namun, Jokowi tidak kunjung menemui massa aksi. Dengan alasan sedang meninjau pembangunan stasiun kereta api di bandara Soekarno-Hatta.


Hal tersebut membuat pengunjuk rasa tetap bertahan di depan Istana Negara sampai tuntutan mereka dipenuhi. Hingga akhirnya dibubarkan paksa oleh aparat dan suasana menjadi ricuh.


Akhirnya Jokowi menyatakan sikapnya bersama kepolisian untuk menuntaskan kasus ini dalam waktu yang cepat dan transparan. Sehingga pada 16 November 2016, Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama.


Ternyata, Ahok tidak ditahan di dalam penjara. Hanya paspornya saja yang ditahan sehingga tidak bisa ke luar negeri. Hal tersebut membuat geram sejumlah pihak.


Pada 2 Desember 2016 kembali diadakan aksi damai—Aksi Bela Islam III— yang berlangsung dengan super damai. Karena diadakan dalam bentuk ibadah bersama.


Meskipun banyak pihak  yang menghalang-halangi aksi ini. Namun, umat Islam tetap berpendirian teguh untuk tetap ikut serta dalam aksi damai tersebut.


Aksi damai yang lebih dikenal dengan sebutan aksi 212 ini menjadi catatan sejarah pergerakan umat Islam Indonesia yang begitu luar biasa. Jutaan orang keluar menuju lapangan Monas, Jakarta. Untuk berpartisipasi dalam aksi ini dan melaksanakan shalat jum'at bersama.


Mereka bersatu dibawah komando para ulama dan menanggalkan perbedaan dari 'bendera' mana mereka berasal. Setelah reformasi 1998, baru kali ini ada kumpulan massa yang jumlahnya begitu banyak dan berlangsung damai.


Aksi 212 telah menumbuhkan semangat juang membela agama dan keberanian untuk melawan musuh-musuh Islam. Tak mengherankan jika aksi 212 menjadi aksi yang bersejarah dan sorotan beberapa media asing.


Spirit 212 diperpanjang

Meski aksi ini telah usai dan tuntutan telah dipenuhi, namun realitanya tidak selesai begitu saja. Spiritnya masih terasa sampai sekarang. Bahkan, ketika diadakan reuni alumni 212, puluhan ribu massa menghadirinya.


Umat Islam menyadari pentingnya berjuang bersama menuju kebangkitan. Sehingga muncul ide-ide kreatif seperti lahirnya 212 mart sebagai upaya  memperbaiki ekonomi umat. Gerakan moslem cyber army  yang melawan opini negatif tentang Islam. Di sisi lain muncul kesadaran berpolitik umat Islam.


Namun, apakah cukup sampai di situ? Ternyata tidak. Spiritnya terus mengalir hingga menginspirasi industri perfilman Indonesia dengan label 212. Yakni, film "212 The Power of Love" yang disutradarai oleh Jastis Arimba.


Sayangnya, konten film ini lebih menonjolkan sisi drama antar tokohnya, bukan pada aksinya. Di dalamnya tidak ditemui gambaran latar belakang aksi 212 dan semua hal yang memicu terjadinya aksi sampai selesai. Mungkin, karena bukan film dokumenter, sehingga sisi drama lebih kental dalam penanyangannya.


Jadi sebenarnya goal dari semua ini apa? Umat Islam mau dibawa ke mana? Bersama siapa? Semuanya berjalan mengalir begitu saja. Belum ada perencanaan yang jelas untuk dijadikan acuan langkah selanjutnya.


Alangkah baiknya jika persatuan umat Islam yang dibungkus dengan label 212 ini diimbangi dengan adanya standing plan (rencana jangka panjang). Agar potensi umat Islam yang bersatu padu itu tidak terbuang sia-sia.


Selain itu juga butuh manajemen strategis untuk mengatur secara detail langkah apa yang harus dilakukan umat Islam. Bagaimana pelaksanaannya, dan target apa yang harus dicapai.


Dibutuhkan juga pemimpin yang dapat mengatur dan mengkoordinasi mobilitas umat Islam dalam pelaksanaan rencana-rencana tersebut.


Namun, siapakah sosok yang pantas diangkat menjadi pemimpin? Karena umat Islam memang butuh sosok yang dijadikan panutan dan rujukan dalam menghadapi problematika hidup yang sedang melanda.


Entah kapan pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab. Yang pasti, segala sesuatu yang mempunyai perencanaan yang jelas dan detail akan mengarahkan kemana langkah kaki dan apa yang hendak diperjuangkan.


Umat Islam masih butuh nafas panjang untuk kembali bangkit menjadi pemenang. Kita berharap bisa menjadi bagian dari para pejuang kebangkitan Islam. Berjuang demi tegaknya Islam hingga tetes darah terakhir!



*Irlind

Sumber:
https://m.kiblat.net/2017/12/05/refleksi-setahun-aksi-212-hendak-kemana-dan-dengan-siapa/
https://m.kiblat.net/2017/12/05/refleksi-setahun-aksi-212-berjaya-karena-rencana/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aksi_Bela_Islam

Minggu, 22 April 2018

Jangan Nodai Hardiknas!




Sungguh mengherankan Negeri ini. Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 mei 2018 mendatang, masyarakat diajak nonton bareng (nobar) film "Dilan" dan "Yowis Ben". Ditambah lagi penyelenggaranya adalah lembaga pemerintahan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).


Mau dibawa kemana pendidikan bangsa Indonesia? Jika suguhannya film-film bad character  yang perilaku para tokohnya tidak mencerminkan hasil dari pendidikan berkarakter kuat dan cerdas. Sehingga bertolak belakang dari makna pendidikan itu sendiri. Yakni, perjuangan mencerdaskan anak bangsa.


Tidak ada teladan positif dalam film tersebut. Bahkan di dalamnya ada adegan dan percakapan yang kurang pantas untuk dipertontonkan. Hal itu yang justru ditiru dan dijadikan lelucon publik. Ini sama saja memberikan contoh buruk kepada generasi muda. Contoh yang jauh dari semangat juang pendidikan. Jadi, jangan heran jika nanti muncul 'dilan-dilan' lainnya dalam kehidupan nyata di lingkungan sekolah.


Rasanya tidak pantas Kemdikbud menggelar nobar film tersebut dalam peringatan Hardiknas. Meski tujuannya agar masyarakat lebih mengapresiasi film nasional. Namun, konten dalam film itu sangat kontras dengan tema Hardiknas 2018, "Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Budaya".


Lagi pula kenapa yang dipilih film "Dilan" dan "Yowis Ben"? Apa tidak ada film nasional lainnya yang layak untuk diputar? Harusnya film-film bertemakan kepahlawanan dan pendidikan yang disuguhkan dalam acara nobar tersebut. Agar tumbuh semangat juang dalam diri pemuda Indonesia.


Wajar saja, jika IG Kemdikbud dipenuhi saran dan kritik dari para nitizen setelah mengunggah flyer pengumuman nobar Hardiknas. Akhirnya flyer tersebut dihapus dan diganti dengan flyer yang baru. Meski film "Dilan" sudah diturunkan, namun film "Yowis Ben" tetap nangkring disitu. Sehingga masih saja menyisakan image bad character  pada film tersebut.



Harusnya Kemdikbud menyesuaikan rangkaian acara peringatan Hardiknas dengan tema yang diusung. Termasuk acara nobar. Sehingga jangan hanya berpatok pada larisnya film saja, lalu dianggap pantas untuk ditampilkan pada hari yang bersejarah tersebut.




*Irlind

Maut Tinggal Serumah (Bag.1)




Kisah tentang Fulanah yang gelisah dalam kesendiriannya. Ia menangis meski tanpa air mata. Khawatir godaan yang membuatnya tidak sanggup untuk bertahan. Akan tetapi, ia mencoba kuat dan memohon pertolongan Allah.


Bermula dari kakak perempuannya yang menikah, namun belum pisah rumah. Fulanah harus maklum dan membiasakan diri dengan lelaki asing, kakak iparnya. Sejak itu, perasaannya menjadi tidak nyaman tinggal di rumah yang telah ia tempati hampir tiga puluh tahun lamanya.


Aneh rasanya harus selalu memakai jilbab di dalam rumah sendiri. Ghadhul bashar  (menundukkan pandangan) menjadi hal yang harus dilakukan setiap bertatapan dengan kakak iparnya.


Satu-satunya tempat tersisa adalah kamar tidurnya yang tidak begitu luas. Itu pun harus tetap waspada karena tutup kamar hanya kain korden yang mudah tersibak.


Bebannya bertambah berat. Jodohnya tidak kunjung datang dan keluarga kakaknya tidak juga meninggalkan rumah itu, serta pelecehan seksual yang ia alami.


Kakak ipar yang semula ia hormati, ternyata menjadi musang berbulu domba yang mulai berani menggoda dirinya. Baik sekedar kata-kata nakal, tatapan mata ke seluruh tubuhnya, hingga rabaan dan sergapan memalukan. Semua itu dilakukan kakak ipar setiap ada kesempatan. Disaat rumah sepi atau ketika mereka berdua kebetulan berpapasan di dalam rumah.


Fulanah sudah mencoba membicarakan masalah ini dengan keluarganya. Namun, sia-sia. Selain tidak percaya, mereka malah menuduhnya mengarang cerita dan mencemarkan nama baik kakak ipar.


Kakak ipar memang selalu tampak manis di depan anggota keluarga lainnya. Kehadirannya dianggap seperti keluarga sendiri sehingga menyulitkan posisi fulanah.
Usianya yang hampir tiga puluh tahun, malah kerap mereka jadikan alasan kecurigaan, bahwa fulanah yang mencari perkara dengan kakak ipar.


Sebagai muslimah yang tahu batas-batas agama, ia tetap punya harga diri yang harus dijaga. Tapi, kakak iparnya tetaplah laki-laki biasa yang bisa saja khilaf. Apalagi jika sedang 'ingin'.


Sebenarnya fulanah ingin meninggalkan rumah itu dan indekos. Namun...


Bersambung...


Sumber:
Asmoro, Tri. 2011. Amanah di Pundak Ayah. Solo: Arafah

Proyekku: Anak-Anakku




حينما أتكاسل عن أداء النوافل أتذكر أبنائي ومصائب الدنيا!! وأتأمل قوله تعالے: [وكان أبوهما صالحا] فأرحمهم وأجتهد
-تفكير مُخلص-

Ketika aku malas mengerjakan amalan nawaafil, aku teringat anak-anakku dan musibah dunia yg menanti. Lalu aku teringat firman Allah di surat Al-Kahfi, "Dahulu ayah dari kedua anak itu adalah orang shalih," lalu karena kasih sayangku pada mereka aku pun bersungguh-sungguh 'tuk beribadah.

مشروعك الناجح هو (أولادك)، ولنجاح هذا المشروع، اتبع ماأخبرنا به الصحابي الجليل "عبدالله بن مسعود" عندما كان يصلي في الليل وابنه الصغير نائم فينظر إليه قائلاً:
من أجلك يا بني، ويتلو وهو يبكي قوله تعالى:
"وكان أبوهما صالحاً".

Proyekmu yang berhasil adalah "anak-anakmu". Untuk menyukseskan proyek ini, mari ikuti pesan sahabat Abdullah bin Mas'ud ra.


Sahabat mulia ini ketika shalat malam dia melihat anaknya yang masih kecil sedang tidur. Lalu dia bergumam, "Untukmu wahai buah hatiku", lalu dia shalat sambil menangis mentadabburi firman Allah: "Wa Kaana Abuuhuma Shaalihaa" (dan dahulu ayah dari kedua anak itu adalah orang yang shalih) (QS. Al-Kahfi).


نعم إن هذه هي الوصفة السحرية لصلاح أبنائنا، فإذا كان الوالد قدوة وصالحاً وعلاقته بالله قوية، حفظ الله له أبناءه بل وأبناء أبنائه، فهذه وصفة سحرية و(معادلة ربانية).


Ya. Inilah resep yang baik untuk masa depan anak-anak kita. Ketika sang ayah menjadi qudwah, shalih, dan dekat 'alaqahnya kepada Allah, maka Allah akan menjaga anak anaknya, bahkan keturunannya, ini adalah resep yang bagus dan (Skenario Rabbaniyyah).


كما أنه في قصة سورة الكهف حفظ الله الكنز للوالدين بصلاح جدهما السابع.

Sebagaimana di kisah surat Al-Kahfi, Allah menjaga harta untuk kedua anak yatim yang merupakan peninggalan kakek mereka yang ketujuh di atasnya.


 ويحضرني في سياق هذا الحديث أني كنت مرة مع صديق عزيز عليَّ-ذو منصب رفيع بالكويت ويعمل في عدة لجان حكومية- ومع ذلك كان يقتطع من وقته يومياً ساعات للعمل الخيري
فقلت له يوماً: "لماذا لاتركز نشاطك في عملك الحكومي وأنت ذو منصب رفيع"؟!
فنظر إليَّ وقال: "أريد أن أبوح لك بسر في نفسي، إن لديَّ أكثر من ستة أولاد وأكثرهم ذكور، وأخاف عليهم من الانحراف، وأنا مقصر في تربيتهم، ولكني رأيت من نعم الله عليّ أني كلما أعطيت ربي من وقتي أكثر كلما صلح أبنائي".


Aku teringat ungkapan temanku, teman yang dekat bagiku, yang bekerja di kerajaan Kuwait dan memiliki jabatan yang tinggi.


Aku melihatnya menyisihkan waktunya beberapa jam dalam sehari khusus untuk melakukan amal kebaikan (amal sosial).


Aku bertanya kepadanya, "Kenapa engkau tidak fokus saja bekerja dalam posisi jabatan pemerintahanmu, dan engkau memiliki jabatan yang tinggi??!!"


Dia memandangku lalu menjawab, "Aku ingin membocorkan satu rahasia yang ada dalam diriku padamu. Aku memiliki putra lebih dari 6 orang dan mereka semuanya laki-laki. Aku takut mereka terjerumus pada kehidupan yang salah (inhiroof). Sedang aku (dalam kesibukanku) Muqasshir (tidak optimal) dalam mendidik mereka. Dan aku melihat dan membuktikan nikmat Allah padaku, semakin banyak aku memberikan waktuku untuk Rabbku, semakin baik pula keadaan anak-anakku".


- اخترتها لك لأني أحب لك ما أحب لنفسي... أسعدك الله في الدنيا والآخرة وجعلك ووالديك ومن تحب من عتقائه من النار.


Aku menceritakan ini padamu karena aku mencintai untukmu apa yang aku cintai untuk diriku sendiri. Semoga Allah memberikan kebahagiaan untukmu di dunia dan di akhirat, dan menjadikanmu dan kedua orangtuamu dan orang-orang yang engkau cintai terbebas dan dijauhkan dari api neraka.


اللهم إني نويت هذه الرسالة صدقة لأبنائي فاحفظهم من الانحراف ومن الشرور كلها.
أعيدوا إرسالها إلى أحبائكم بنية الصدقه ﻷبنائكم.


Ya Allah, aku berniat risalah singkat ini sebagai sedekah untuk anak-anakku agar terjaga dari inhiroof (salah pergaulan) dan dari kejahatan seluruhnya.


أرسلوها للآباء والأمهات



*DR. Nabil Al-Awadhy

Rabu, 07 Maret 2018

Cadar dilarang?


Baru-baru ini media online ramai dengan pemberitaan larangan cadar di kampus UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.


Kampus Islam tersebut melarang mahasiswinya memakai cadar, dan memintanya untuk keluar dari kampus jika masih tetap mengenakannya.


Menurut Prof Yudian Wahyudi, Rektor UIN Sunan Kalijaga, memakai cadar termasuk hal yang berlebihan. Selain itu, dia juga menaruh curiga kepada mahasiswi bercadar saat menjalani ujian atau tes tertentu, apakah mahasiswi tersebut benar-benar  sesuai dengan identitasnya, karena wajahnya tertutup.


Berlebihan bagaimana, Pak? Bukankah dalam Islam ada syariat tentang cadar?


Memang ada perbedaan pendapat dikalangan ulama terkait cadar. Ada yang berpendapat memakai cadar itu wajib, ada pula yang berpendapat sunnah. Namun, tidak ada yang berpendapat haram!


Jadi boleh dong, Pak, memakai cadar karena mantap mengikuti pendapat para ulama tersebut. Yang tidak boleh adalah memaksakan kehendak.


Kemudian, jika Bapak khawatir ketika ujian atau tes, apakah benar-benar mahasiswi bercadar sesuai identitasnya, cari solusi dong, Pak! Misalnya, bisa dengan melibatkan dosen perempuan untuk mencocokkan identitas secara langsung dengan yang bersangkutan. Entah bagaimana caranya, yang pasti tetap menghargai mahasiswi tersebut dan tidak mempermalukannya di depan umum.


Bukan langsung membuat aturan larangan bercadar bagi mahasiswinya dan meminta mereka untuk keluar dari kampus jika tetap memakai cadar. Ini namanya pemaksaan!


Rasanya alasan Pak Rektor tersebut terlalu sederhana, dan sepertinya ada 'sesuatu' dibalik motif itu.


Memang banyak orang yang tidak suka pada muslimah bercadar. Sehingga mereka yang bercadar mendapat perlakuan diskriminatif.


Ada yang beranggapan bercadar itu identik dengan kelompok intoleran yang radikal. Ada pula yang mencurigainya mengikuti aliran tertentu dan lain sebagainya.


Cadar merupakan salah satu simbol Islam. Muslimah bercadar menjadi ditakuti dengan kecurigaan sedemikian rupa. Inilah imbas dari cara berpikir pemerintah yang mengikuti pola 'war and terror' di Amerika Serikat.


Mereka yang mengamalkan syariat Islam dengan benar dan nampak 'Islami' dicurigai sebagai pengikut kelompok radikal yang harus disingkirkan.


Sadar atau tidak, adanya larangan cadar di kampus Islam yang merupakan lembaga pemerintah menjadi bukti bahwa industri Islamofobia sedang berjalan.


Sebuah kecurigaan telah melekat pada sikap pemerintah. Kemudian membuat sejumlah aturan yang dikampanyekan dan menghimbau sekolah atau universitas untuk melakukan 'tindakan' terhadap peserta didiknya yang berperilaku 'mencurigakan'.


Industri Islamofobia ini berusaha menakut-nakuti publik tentang Islam. Identitas Islam selalu dinisbatkan kepada radikalisme.


Ketika cadar dilarang di kampus, akan berdampak negatif dan membuat masyarakat menjadi takut kepada muslimah bercadar. Sehingga mereka akan berpikir dua kali untuk mengizinkan anak perempuannya memakai cadar jika ingin masuk kuliah di perguruan tinggi.


Industri Islamofobia sungguh sistematis. Kerja mereka didanai jutaan dolar. Mereka melakukan upaya apapun untuk mendukung dan mengabadikan fanatisme, rasisme, kebencian dan memproduksi iklim ketakutan. Mereka juga saling bekerja sama untuk meyakinkan pada dunia bahwa Islam adalah entitas yang berbahaya.


Aturan larangan cadar di lembaga pendidikan pemerintah tidak hanya diterapkan di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Tetapi juga diberlakukan di kampus-kampus lainnya. Seperti, di IAIN Jember, Universitas Lambung Mangkurat (Unlam), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM) Jakarta, Universitas Pamulang (Unpam), dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.




Sumber:
Mustarom, K. 2017. Syamina: Islamofobia, Perang yang Tidak Dideklarasikan. Edisi 19

https://m.eramuslim.com/berita/nasional/ini-nama-nama-kampus-di-indonesia-yang-larang-mahasiswinya-bercadar.htm

http://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/03/06/p54mza330-uin-kalijaga-jika-tak-mau-lepas-cadar-silakan-pindah-kampus