Jumat, 18 Mei 2018

Flashback Aksi 212



Pemicu Aksi Bela Islam

Bermula dari beredarnya video pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mengandung unsur penistaan terhadap agama Islam. Saat melakukan kunjungan kerja ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.


Video tersebut menjadi viral dan menuai banyak kecaman dari umat Islam karena telah menghina Al-Qur'an, terutama surat Al-Maidah: 51.


Meski Ahok telah membuat pernyataan minta maaf. Namun, bagi umat Islam permintaan maaf tidak cukup dan proses hukum harus tetap berjalan. Sehingga pada 14 Oktober 2016 ribuan umat Islam yang dikomandoi oleh FPI melakukan unjuk rasa—Aksi Bela Islam I.


Mereka menuntut agar segera dilakukan penyelidikan atas kasus penistaan agama tersebut. Selain itu juga mengecam akan mengadakan aksi yang lebih besar jika tidak kunjung merespon kasus ini dalam 3 pekan berikutnya.


Melihat respon pemerintah yang sangat lamban dalam menangani kasus Ahok ini. Membuat ormas Islam kembali mengajak umat Islam untuk ikut serta dalam Aksi Bela Islam II pada 4 November 2016.


Aksi damai ini dikomandoi oleh GNPF MUI dan dihadiri ratusan ribu orang yang berkumpul di depan Istana Negara. Mereka menuntut untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo agar segera menuntaskan kasus penistaan agama yang melibatkan Ahok.


Namun, Jokowi tidak kunjung menemui massa aksi. Dengan alasan sedang meninjau pembangunan stasiun kereta api di bandara Soekarno-Hatta.


Hal tersebut membuat pengunjuk rasa tetap bertahan di depan Istana Negara sampai tuntutan mereka dipenuhi. Hingga akhirnya dibubarkan paksa oleh aparat dan suasana menjadi ricuh.


Akhirnya Jokowi menyatakan sikapnya bersama kepolisian untuk menuntaskan kasus ini dalam waktu yang cepat dan transparan. Sehingga pada 16 November 2016, Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama.


Ternyata, Ahok tidak ditahan di dalam penjara. Hanya paspornya saja yang ditahan sehingga tidak bisa ke luar negeri. Hal tersebut membuat geram sejumlah pihak.


Pada 2 Desember 2016 kembali diadakan aksi damai—Aksi Bela Islam III— yang berlangsung dengan super damai. Karena diadakan dalam bentuk ibadah bersama.


Meskipun banyak pihak  yang menghalang-halangi aksi ini. Namun, umat Islam tetap berpendirian teguh untuk tetap ikut serta dalam aksi damai tersebut.


Aksi damai yang lebih dikenal dengan sebutan aksi 212 ini menjadi catatan sejarah pergerakan umat Islam Indonesia yang begitu luar biasa. Jutaan orang keluar menuju lapangan Monas, Jakarta. Untuk berpartisipasi dalam aksi ini dan melaksanakan shalat jum'at bersama.


Mereka bersatu dibawah komando para ulama dan menanggalkan perbedaan dari 'bendera' mana mereka berasal. Setelah reformasi 1998, baru kali ini ada kumpulan massa yang jumlahnya begitu banyak dan berlangsung damai.


Aksi 212 telah menumbuhkan semangat juang membela agama dan keberanian untuk melawan musuh-musuh Islam. Tak mengherankan jika aksi 212 menjadi aksi yang bersejarah dan sorotan beberapa media asing.


Spirit 212 diperpanjang

Meski aksi ini telah usai dan tuntutan telah dipenuhi, namun realitanya tidak selesai begitu saja. Spiritnya masih terasa sampai sekarang. Bahkan, ketika diadakan reuni alumni 212, puluhan ribu massa menghadirinya.


Umat Islam menyadari pentingnya berjuang bersama menuju kebangkitan. Sehingga muncul ide-ide kreatif seperti lahirnya 212 mart sebagai upaya  memperbaiki ekonomi umat. Gerakan moslem cyber army  yang melawan opini negatif tentang Islam. Di sisi lain muncul kesadaran berpolitik umat Islam.


Namun, apakah cukup sampai di situ? Ternyata tidak. Spiritnya terus mengalir hingga menginspirasi industri perfilman Indonesia dengan label 212. Yakni, film "212 The Power of Love" yang disutradarai oleh Jastis Arimba.


Sayangnya, konten film ini lebih menonjolkan sisi drama antar tokohnya, bukan pada aksinya. Di dalamnya tidak ditemui gambaran latar belakang aksi 212 dan semua hal yang memicu terjadinya aksi sampai selesai. Mungkin, karena bukan film dokumenter, sehingga sisi drama lebih kental dalam penanyangannya.


Jadi sebenarnya goal dari semua ini apa? Umat Islam mau dibawa ke mana? Bersama siapa? Semuanya berjalan mengalir begitu saja. Belum ada perencanaan yang jelas untuk dijadikan acuan langkah selanjutnya.


Alangkah baiknya jika persatuan umat Islam yang dibungkus dengan label 212 ini diimbangi dengan adanya standing plan (rencana jangka panjang). Agar potensi umat Islam yang bersatu padu itu tidak terbuang sia-sia.


Selain itu juga butuh manajemen strategis untuk mengatur secara detail langkah apa yang harus dilakukan umat Islam. Bagaimana pelaksanaannya, dan target apa yang harus dicapai.


Dibutuhkan juga pemimpin yang dapat mengatur dan mengkoordinasi mobilitas umat Islam dalam pelaksanaan rencana-rencana tersebut.


Namun, siapakah sosok yang pantas diangkat menjadi pemimpin? Karena umat Islam memang butuh sosok yang dijadikan panutan dan rujukan dalam menghadapi problematika hidup yang sedang melanda.


Entah kapan pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab. Yang pasti, segala sesuatu yang mempunyai perencanaan yang jelas dan detail akan mengarahkan kemana langkah kaki dan apa yang hendak diperjuangkan.


Umat Islam masih butuh nafas panjang untuk kembali bangkit menjadi pemenang. Kita berharap bisa menjadi bagian dari para pejuang kebangkitan Islam. Berjuang demi tegaknya Islam hingga tetes darah terakhir!



*Irlind

Sumber:
https://m.kiblat.net/2017/12/05/refleksi-setahun-aksi-212-hendak-kemana-dan-dengan-siapa/
https://m.kiblat.net/2017/12/05/refleksi-setahun-aksi-212-berjaya-karena-rencana/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Aksi_Bela_Islam