Selasa, 03 Maret 2015

Heroes of Jihad 




Dr. Abdullah Yusuf Azzam (1941-1989). Seorang tokoh penggerak jihad dan figur utama dalam perkembangan pergerakan Islam. Beliau menjadi icon jihad Afganistan ketika mengusir pasukan Rusia. “Dialah yang bertanggung jawab membangkitkan kembali jihad di abad 20 ini”. Demikian komentar Syaikh Usama bin Ladin ketika wawancara dengan TV Al-Jazeera pada tahun 1999.
Dr. Abdullah Yusuf Azzam lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Abdullah Azzam. Meski puluhan tahun telah berlalu, namanya masih dikenang oleh para mujahidin diseluruh dunia hingga kini. Begitu juga dengan tulisan dan pidatonya menjadi inspirasi bagi siapa saja yang sedang berjuang di jalan Allah. "Ratusan tulisan dan pidatonya mampu menghidupkan ruh baru dalam diri umat. Seolah-olah beliau dipilih Allah Subhanallahu wa ta'ala untuk menegakkan kembali kewajiban yang telah dilupakan sebagian besar umat Islam, yaitu jihad". Demikian komentar Dr. Dahba Zahely, cendekiawan muslim Malaysia tentang Syaikh Abdullah Azzam. Syaikh Abdullah Azzam lahir pada tahun 1941 di desa Asba'ah Al-Hartiyeh, provinsi Jenin di sebelah barat Sungai Yordan. Ibunya bernama Zakia Saleh dan ayahnya bernama Mustaffa. Sang ibu telah meninggal dunia setahun sebelum Syaikh Abdullah Azzam dibunuh. Kemudian disusul sang ayah meninggal dunia setahun setelah Syaikh Abdullah Azzam wafat.
Syaikh Abdullah Azzam dididik dilingkungan keluarga yang taat beragama. Beliau tumbuh menjadi seorang pemuda yang bersahaja dan menjadi pejuang sejati yang begitu tinggi kasih sayangnya kepada kaum muslimin. Keistimewaan beliau sudah terlihat semenjak masih kanak-kanak. Pada usia yang sangat belia beliau sudah aktif berdakwah dan dikenal sebagai anak yang shalih. Ketika masih duduk dibangku sekolah dasar, beliau sangat menonjol diantara teman-temannya. Guru-gurunya telah mengenali tanda-tanda keistimewaannya itu.
Syaikh Abdullah Azzam memperoleh pendidikan dasar dan lanjutan di kampung halamannya. Setelah lulus, beliau melanjutkan pendidikan di Khadorri College di dekat kota Tulkarem, mengambil jurusan pertanian sampai tingkat Diploma. Beliau termasuk pelajar termuda yang paling cerdas diantara teman-temannya. Setelah menamatkan pendidikan di Khadorri College, beliau bekerja sebagai guru di desa Adder, Yordania. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan di Shariah College, Universitas Damaskus. Beliau memperoleh gelar B.A. pada tahun 1966.
Pada tahun 1967, setelah pihak Yahudi menduduki tepi barat dan terjadi perang enam hari, Syaikh Abdullah Azzam hijrah ke Yordania. Beliau hijrah dengan tujuan untuk belajar mendapatkan kemampuan perang dan bergabung dengan Ikhwanul Muslimin Palestina. Kemudian beliau pergi ke Mesir untuk melanjutkan studi Islam di Universitas Al-Azhar Kairo. Pada tahun 1970 beliau memperoleh gelar master di bidang syariah dan menjadi seorang pensyarah di Universitas Jordan, Amman. Pada saat itu jihad telah terhenti karena kekuatan PLO dipaksa keluar dari Yordania. Setahun kemudian (1971), beliau mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi di Universitas Al-Azhar kairo dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Ushul Fiqh pada tahun 1973. Pada saat di Mesir itulah beliau berkenalan dengan keluarga Sayyid Qutb (1906-1966) yang merupakan keluarga tokoh perjuangan Islam di Mesir.
Syaikh Abdullah Azzam cukup lama bergabung dengan jihad Palestina. Namun, beliau merasa tidak nyaman dengan perilaku orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka sangat jauh dari Islam. Banyak diantara mereka yang berjaga sepanjang malam sambil bermain kartu dan mendengarkan musik. Akan tetapi, mereka beranggapan bahwa dirinya sedang berjihad membebaskan Palestina. Selain itu, jumlah orang yang menghadiri shalat jamaah sangat sedikit sekali, bisa dihitung dengan satu tangan saja. Meski Syaikh Abdullah Azzam berusaha mendorong mereka untuk menerapkan Islam sepenuhnya, namun mereka tetap menolak. Karena sudah tidak tahan dengan sikap mereka, akhirnya beliau pergi meninggalkan Palestina. Beliau pindah ke Saudi Arabia dan mengajar berbagai universitas di sana. Beliau menyadari bahwa untuk memperoleh kemenangan, umat ini harus mempunyai kekuatan yang terorganisir. Kemudian beliau disibukkan dengan aktivitas jihad sebagai pengisi waktu luangnya.
Di Saudi Arabia, beliau berjumpa dengan delegasi mujahidin Afghanistan yang datang untuk menunaikan ibadah Haji. Dalam pertemuan tersebut banyak dibahas tentang jihad Afghanistan. Hal itu membuat beliau merasa ingin mengetahui lebih banyak tentang jihad Afghanistan. Dari sinilah awal  beliau merasa tertarik dengan jihad Afghanistan.
Pada tahun 1980, beliau pindah ke Islamabad Pakistan dengan tujuan agar dapat bergabung dengan jihad Afghanistan. Disana beliau berkenalan dengan para pemimpin jihad. Pada awal kedatangannya di Pakistan, beliau diberi amanah sebagai pemateri kuliah di International Islamic University, Islamabad. Setelah beberapa waktu berlalu, beliau mengambil keputusan untuk keluar dari universitas dengan tujuan agar bisa fokus dengan jihad Afghanistan. Beliau terjun langsung ke medan jihad Afghanistan pada awal dekade 1980-an. Hidup beliau banyak dipengaruhi oleh jihad Afghanistan. Begitu pula dengan jihad Afghanistan juga banyak dipengaruhi oleh beliau. Beliau sangat disegani di arena jihad Afghanistan. Beliau berupaya mengenalkan jihad Afghanistan ke seluruh dunia. Beliau berhasil mengubah pandangan umat Islam tentang jihad Afghanistan. Beliau berusaha menyadarkan bahwa jihad adalah tuntutan Islam dan menjadi tanggung jawab semua umat Islam di seluruh dunia. Usahanya tidak sia-sia. Jihad Afghanistan berhasil menjadi jihad universal yang diikuti oleh umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Uni Soviet sebagai negara adidaya harus pulang dengan rasa malu, karena telah gagal menduduki Afghanistan. Jihad Afghanistan telah menjadikan beliau sebagai tokoh pergerakan jihad zaman ini.
Pernah suatu ketika beliau pernah berkata, “Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun di jihad Afghanistan, satu setengah tahun di jihad Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa”. Kobaran semangat jihadnya mampu menghidupkan ruh kaum muslimin untuk menyahut seruan jihad. Beliau berikrar tidak akan meninggalkan jihad sampai gugur sebagai syuhada. Beliau menolak tawaran pekerjaan sebagai pensyarah dari beberapa universitas karena tidak ingin meninggalkan jihad. Beliau membimbing keluarganya dengan pemahaman dan semangat jihad. Sang istri bertugas menjaga anak-anak yatim di Afganistan.
Termotivasi sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam, “Berdiri satu jam dalam pertempuran di jalan Allah lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun”. Beliau dan keluarganya pindah ke Pakistan agar lebih dekat dengan medan jihad. Tidak lama kemudian, beliau memutuskan pindah lagi ke Peshawar supaya bisa lebih dekat lagi dengan medan jihad.
Pada saat di Peshawar, beliau dan teman dekatnya, Syaikh Usama bin Ladin mendirikan Baitul Anshar (mujahideen services bureau atau kantor pelayanan mujahidin). Sebuah lembaga yang menghimpun bantuan bagi para mujahidin di Afghanistan. Kantor tersebut juga menerima dan melatih para sukarelawan (foreign mujahideen) yang datang ke Pakistan untuk ikut bergabung dalam jihad dan mengatur penempatan mereka di garis depan.
Ketika di Afghanistan, beliau tidak menetap di satu tempat saja. Beliau selalu berkeliling mengunjungi hampir seluruh provinsi dan wilayah Afghanistan seperti, Logar, Kandahar, Pegunungan Hindukush, Lembah Panshir, Kabul dan Jalalabad. Beliau berjelajah dengan menunggang keledai maupun berjalan kaki. Beliau menyusuri jalan dari utara ke selatan, dari timur ke barat, menembus salju, mendaki pegunungan, di bawah panas terik matahari dan dingin yang membekukan tulang tanpa kenal lelah, meski para pemuda yang bersama beliau merasa kelelahan.
Pada saat berkunjung, beliau menyaksikan secara langsung orang-orang awam telah mengorbankan segala apa yang dimilikinya termasuk jiwa mereka demi tegaknya Islam. Setelah kembali dari berkeliling, beliau selalu berbicara tentang jihad secara kontinyu. Beliau mengajak orang-orang yang belum ikut serta dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat. Beliau selalu berdo’a agar para komandan mujahidin yang terpecah belah dapat bersatu kembali. Beliau selalu mengundang orang-orang yang belum bergabung dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat.
Beliau telah berhasil meletakkan pondasi jihad di hati kaum muslimin. Wajar, pada masa hidupnya beliau menjadi tokoh rujukan umat Islam dalam hal jihad. Fatwa-fatwanya tentang jihad selalu dinanti-nantikan kaum muslimin. Beliau menulis buku-buku tentang jihad seperti, Join the Caravan, Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan, Defence of the Muslim Lands dan Lovers of the Paradise Maidens. Meski usianya lebih dari 40 tahun, beliau masih mampu terjun langsung ke medan jihad Afghanistan. Beliau menyatakan, “Saya tidak akan meninggalkan tanah jihad kecuali karena tiga hal. Pertama, saya terbunuh di Afghanistan. Kedua, saya terbunuh di Pakistan. Ketiga, saya diborgol dan diusir dari Pakistan”.
Jihad Afghanistan telah membuat beliau menjadi penyangga utama dalam gerakan jihad di era modern seperti sekarang ini. Beliau mempunyai peranan utama dalam meluruskan pendapat umat Islam tentang jihad dan pentingnya menegakkan jihad. Beliau menjadi panutan bagi generasi muda yang menyambut seruan jihad. Berulangkali beliau menekankan bahwa, “Jihad tidak boleh ditinggalkan sampai hanya Allah Subhanallahu wa Ta'ala saja yang disembah. Jihad akan terus berlangsung sampai Kalimat Allah ditinggikan. Jihad sampai semua orang yang tertindas dibebaskan. Jihad untuk melindungi kehormatan kita dan merebut kembali tanah kita yang dirampas. Jihad adalah jalan untuk mencapai kejayaan abadi". Dan setiap saat beliau mengingatkan seluruh kaum muslimin bahwa, "Umat Islam tidak dapat dikalahkan oleh umat lainnya. Kita umat Islam tidak akan dikalahkan oleh musuh-musuh kita, namun kita bisa dikalahkan oleh diri kita sendiri”.
Selama jihad Afghanistan berlangsung, beliau telah berhasil menyatukan berbagai kelompok mujahidin dalam satu komando. Keberhasilan beliau dalam berjihad membuat musuh-musuh Islam merasa benci. Mereka membuat makar untuk menghabisi nyawa beliau. Pada November 1989, di bawah mimbar yang biasa beliau pakai dalam khutbah jum'at dipasangi bahan-bahan peledak TNT. Akan tetapi atas izin Allah bom tersebut tidak meledak. Seandainya meledak, hancurlah seluruh bagian masjid dan ratusan jamaah akan terbunuh karena begitu besar jumlah peledak tersebut.
Rupanya musuh-musuh Islam itu tidak mau berhenti begitu saja. Mereka membuat makar lagi. Mereka meletakkan tiga buah bom di jalan yang sempit yang biasa beliau lalui pergi ke masjid menunaikan shalat jum'at. Pada hari jum’at itu tanggal 24 November 1989 pukul 12.30 siang, beliau beserta dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad, serta salah seorang anak Syuhada Syaikh Tamim Adnani melewati jalan tersebut. Mobil yang mereka kendarai berhenti tepat di dekat bom yang pertama berada. Kemudian beliau turun untuk meneruskan perjalanan ke masjid dengan berjalan kaki. Tiba-tiba terdengar bunyi ledakan dahsyat yang mengguncang hebat sampai terdengar di seluruh penjuru kota. Orang-orang berhamburan keluar dari masjid, menyaksikan kejadian diluar. Hanya sedikit saja yang tersisa dari kendaraan yang hancur lebur. Tubuh Ibrahim terlempar ke udara sejauh 100 meter. Kedua anak lainnya juga terlempar pada jarak yang hampir sama. Potongan-potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik. Sementara tubuh Syaikh Abdullah Azzam tetap utuh dan tersandar di dinding. Terlihat sedikit darah mengalir dari mulut beliau.
Demikian akhir perjalanan hidup Syaikh Abdullah Azzam di dunia. Beliau adalah seorang yang berakhlak baik. Seorang yang bagus amal shalehnya, ketaqwaannya dan kesederhanaannya dalam segala hal. Beliau selalu menyambung hubungan baik dengan orang lain. Beliau selalu mendengarkan pendapat para pemuda. Beliau amat disegani. Beliau selalu berpuasa seperti puasanya Nabi Daud 'alaihissalam. Beliau adalah seorang yang selalu berterus terang, tulus dan mulia. Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.
Beliau meninggal banyak karya yang bisa kita nikmati sampai sekarang ini. Di antara karya-karya beliau adalah sebagai berikut:
  • Ayaturrahman fi jihadil Afghan
  • Addifak ‘an aradhil muslimin min ahammi furdhul ‘iyan
  • Akidah dan kesannya dalam membentuk masyarakat
  • Adab/tatatertib dan jukum-hukum dalam jihad
  • Islam dan masa depan kemanusian
  • Menara api yg hilang
  • Hukum berjuang/beramal dalam berjamaah
  • Tarbiyah jihadiyah wal bina’ (26 jilid)
  • Hijrah dan i'dad (3 juz/jilid)
  • Fi zhilali suratti taubah (2 Juz)
  • Fiqh dan ijtihad dalam jihad (3 jilid)
  • Perkataan-perkataan dari garisan api pertama (3 jilid)
  • Dibawah gelora peperangan (4 jilid)
  • Pengajaran dari sirah Rasulullah Shalallahu 'alahi wassalam
  • Keruntuhan khilafah dan pembinaan kembali.
Semoga Allah Ta'ala menerima segala amal ibadah beliau, mengampuni dosa-dosanya dan memberinya kedudukan yang tinggi disisi-Nya. 



Yogyakarta, 16 Februari 2015
02:22
Irma Linda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar