Selasa, 03 Maret 2015

Mengungkap Makna Thawaf Sebagai Simbolisme Hukum Alam


Pada musim haji, kita saksikan kaum muslimin dari berbagai negara berduyun-duyun mendatangi kota Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Haji merupakan salah satu bentuk ibadah yang Allah wajibkan bagi kaum muslimin yang mempunyai kemampuan untuk menunaikannya. Haji termasuk pondasi (rukun) Islam yang kelima, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits shahih berikut:
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhuma, dia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: Bersaksi tiada sesembahan yang haq kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, dan mengerjakan haji ke Baitullah"  (HR. Bukhari dan Muslim).

Haji akan sempurna jika dikerjakan sesuai dengan tata cara yang diteladankan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Penyempurnaan haji merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya, "Sempurnakanlah haji dan umrah untuk Allah…” (QS. Al Baqarah: 196). Kesempurnaan haji dapat diperoleh dengan mengerjakan amalan rukun, wajib, dan sunnah haji. Adapun rukun haji meliputi, niat ihram, wukuf di Arafah, thawaf, sa'i, tahallul dan tertib.

Thawaf merupakan rukun haji yang ketiga setelah niat ihram dan wukuf di Arafah. Thawaf berarti berputar mengelilingi Ka’bah, dilakukan sebanyak tujuh kali putaran, di awali dengan lari-lari kecil sebanyak tiga kali putaran dan selanjutnya dengan berjalan seperti biasa. Setiap hari selama 24 jam, thawaf tidak pernah berhenti, terus menerus dilakukan oleh kaum muslimin yang baru datang di hadapan Ka'bah.
Ka’bah menjadi kiblat bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Bangunan berbentuk kubus yang terletak ditengah-tengah Masjidil Haram ini banyak mempunyai nama lain yang disebut dalam Al-Qur'an, yaitu: Baitul Atiq, Al-Bait, Baitullah, Baitul Haram, dan Qiblah. Dalam kitab "Muruj Al-Dzahab", Al-Mas’udi menerangkan bahwa Ka’bah mempunyai panjang tiga puluh hasta, lebar dua puluh dua hasta, dan tebal tujuh hasta. Bangunan ini mempunyai daun pintu yang tidak beratap. Di dalam Ka’bah terdapat tiga tiang utama penyangga atap yang terbuat dari kayu berdiameter 44 cm dan jarak antar tiang 2,35 m. Dari arah lurus pintu masuk Ka’bah terdapat mihrab yang pernah dipakai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai tempat shalat.

Ka’bah mempunyai dinding yang setiap sudutnya mempunyai nama khusus, yaitu: Rukun Iraqi (sudut yang menghadap ke Irak), Rukun Syami (sudut yang menghadap ke Syam), Rukun Yamani (sudut yang menghadap ke Yaman), dan Rukun Aswad (sudut yang padanya terdapat Hajar Aswad). Ka’bah juga mempunyai bagian utama, yaitu: pintu Ka’bah, Multazam, Hijir Ismail dan Hajar Aswad. Di sebelah kanan dalam Ka’bah terdapat tangga menuju atap. Tangga ini mempunyai pintu yang bernama pintu Taubat. Atap dan dinding bagian atas Ka’bah ditutupi Kiswah (kelambu) yang terbuat dari kain sutera berwarna hitam serta dihiasi oleh pintalan emas bertuliskan dua kalimat syahadat, surat Al-Imran: 96, Al-Baqarah: 144, dan disambung dengan kalimat Ya Hannan, Ya Mannan, Ya Dzaal Jalall waal Ikram.

Para ulama sepakat bahwa dalam pelaksanaan thawaf, salah satu syarat sahnya adalah harus dimulai dari posisi yang lurus sejajar dengan Hajar Aswad. Hajar Aswad terletak di sisi tenggara bagian luar Ka'bah dan terbungkus logam dari perak. Banyak hadits shahih yang menyebutkan tentang Hajar Aswad, diantaranya adalah bahwa Allah menurunkan Hajar Aswad dari surga ke bumi. Dahulu (warnanya) lebih putih dari (warna) susu. Kemudian dihitamkan oleh dosa-dosa keturunan Nabi Adam 'alaihi wasallam. Dan nanti di hari kiamat, datang dengan mempunyai dua mata yang melihat dan mulut yang (bisa) berbicara, akan menjadi saksi bagi orang yang menyentuhnya dengan benar. Menyentuh, mencium atau memberi isyarat kepadanya merupakan amalan yang pertama kali dilakukan bagi orang yang thawaf, baik thawaf dalam haji maupun thawaf dalam umroh. Thawaf merupakan rukun haji yang tidak mudah ditangkap makna simbolisme yang terkandung di dalamnya.

Lautan manusia berthawaf mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali putaran. Berawal dari sudut Hajar Aswad dan berakhir di sudut yang sama, bergerak berlawanan arah jarum jam, membentuk pola lingkaran 360 derajat yang berporos pada satu titik. Hal ini mempunyai makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia dengan segala dimensinya. Thawaf mengandung makna bahwa gerak hidup manusia bukanlah hanya sekedar untuk hidup saja, melainkan segala gerak hidup itu terjadi dan menuju kepada Allah. Allah lah sebagai pusat pusaran gerak manusia. Dengan cara demikianlah semua makhluk di jagad raya ini taat kepada Allah.

 Profesor Riset Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa ritual thawaf adalah simbol ketaatan alam semesta kepada Sang Pencipta, yakni senantiasa melakukan gerak berputar. Hal ini serupa dengan gerak bumi berputar pada porosnya, bulan mengitari bumi, bumi dan planet lainnya mengitari sang surya dalam satu kesatuan galaksi. Planet lain di luar tata surya mengitari bintangnya dengan segala keteraturannya. Doktor lulusan Department of Astronomy, Kyoto University, Jepang itu juga menjelaskan bahwa jumlah thawaf sebanyak tujuh kali menjadi simbol tak terhingga dari simulasi gerak alam semesta. Simbol tujuh itu juga berarti bahwa alam semesta ini bergerak secara terus-menerus tanpa henti.

 Dalam situs Quran & Science, Prof. Dr. Ahmad Fouad Pasha dari Cairo University berpendapat bahwa thawaf adalah hukum kosmis. Beliau juga menyampaikan bahwa penemuan-penemuan ilmiah membuktikan kita hidup di alam semesta yang tergantung pada revolusi bumi mengitari matahari sekali dalam setahun, bulan mengelilingi bumi secara teratur, demikian halnya dengan satelit planet lain. Hukum revolusi juga berlaku pada atom, satuan terkecil benda yang bisa dilihat dengan mikroskop. Atom terdiri atas sebuah inti atom dan beberapa elektron. Seluruh elektron di dalam atom bergerak mengelilingi inti atom persis seperti thawaf mengelilingi Ka’bah. Beliau menambahkan bahwa Ka'bah adalah pusat spiritual dari orang-orang beriman. Mengacu pada ikatan seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak hanya ketika berhaji, pemeluk Islam juga shalat menghadap Ka'bah setidaknya lima kali dalam sehari. Umat Islam dari segala penjuru dunia menghadap ke satu titik. Untuk menjaga keseimbangannya, setiap benda di alam semesta ini selalu bergerak berputar. Matahari bersama bumi dan delapan planet lainnya, serta puluhan bulan juga berputar mengelilingi pusat Galaksi Bimasakti. Galaksi Bimasakti ini mempunyai milyaran matahari. Perjalanan matahari ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an 1400 tahun yang lalu, “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya untuk masa yang telah ditentukan baginya. Itulah ketetapan dari Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui. Dan bagi bulan telah Kami tetapkan manzilah-manzilah, sehingga dia kembali sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin matahari menyusul bulan dan tidak mungkin malam mendahului siang karena semua beredar pada garis orbitnya” (QS. Yasiin: 38-40).  Demikianlah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Inilah mukjizat Al-Qur’an yang selalu up to date sepanjang jaman.

Galaksi Bimasakti bersama galaksi-galaksi lainnya membentuk kluster galaksi. Sistem kluster galaksi ini terdiri atas milyaran benda-benda angkasa seperti matahari, planet, bulan, meteor, asteroid, dan lain-lain. Semuanya juga berputar (thawaf) mengelilingi pusat galaksi, yang oleh NASA disebut ”Monster Black Hole” karena ukurannya yang jauh lebih besar dibandingkan black hole dalam Galaksi Bimasakti. NASA mengakui bahwa pengetahuan manusia mengenai alam semesta hingga sekarang ini kira-kira baru sebesar 3% saja.
Semua benda langit senantiasa berputar (thawaf) dalam keadaan seimbang, sebagaimana firman Allah, "Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah yang tidak seimbang. Lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk: 3).
Ketika kita berthawaf mengelilingi Ka’bah, bulan juga berthawaf mengelilingi bumi yang mengakibatkan terjadinya pergantian waktu bulan. Bumi juga berthawaf mengelilingi matahari yang mengakibatkan terjadinya pergantian tahun. Bumi berthawaf, berputar pada porosnya dengan kecepatan 1600 km/jam. Bumi juga berputar mengelilingi matahari dengan kecepatan 107.000 km/jam. Sungguh suatu kecepatan yang luar biasa, jauh lebih cepat daripada pesawat angkasa ulang-alik paling canggih berkecepatan 20.000 km/jam. Demikianlah Allah yang Maha Kuasa mengaturnya, agar keseimbangan alam terjaga terus menerus dengan pergantian waktu yang tepat. Dengan thawaf bumi, bulan, dan matahari yang demikian cepat, waktu berlalu dengan cepat, waktu selalu maju tak pernah berulang kebelakang. Maka dari itu waktu yang masih kita miliki untuk hidup jangan sampai disia-siakan. Kita harus berpacu dengan waktu untuk mengumpulkan amal kebaikan sebanyak-banyaknya.
Thawaf merupakan salah satu rangkaian ibadah haji yang mengasah komitmen dan integritas kita kepada Allah. Dalam thawaf kita melakukan pembangunan mental untuk selalu menjadikan Allah sebagai tujuan, komitmen, prinsip, serta memegang teguh ketulusan dan kejujuran dalam beribadah. Allahu a'lam bishawab 



Yogyakarta, 18 desember 2014
    23:57
     Irma linda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar