Selasa, 20 Februari 2018

Rengkuhlah Pelita Ilmu dalam Keluarga



Hati yang tenang, pikiran yang jernih, suasana yang menyejukkan pasti menjadi dambaan setiap keluarga. Tidak ada keluarga yang menginginkan keruwetan dalam berumah tangga. Namun demikian, tidak banyak yang berusaha untuk menggapai hal tersebut dengan cara yang benar.


Suami  ibarat nahkoda kapal yang sangat menentukan kemana arah kapal akan melaju. Kalau nahkodanya tidak mempunyai ilmu yang cukup untuk melabuhkan kapalnya, maka ia tidak akan berhasil menghadapi cuaca ekstrim dan gulungan ombak. Juga tidak akan dapat mengarahkan kapal sampai ke tempat tujuannya. Lebih menyedihkan lagi jika sampai tidak mempunyai keinginan (irodah) dalam upaya untuk mencari ilmu yang ia butuhkan.


Kondisi memprihatinkan seringkali menimpa aktivis pengajian dan dakwah. Sebagian ikhwan atau akhwat saat masih berstatus lajang, begitu giatnya mengikuti majelis-majelis ilmu, tabligh akbar, dan kegiatan-kegiatan keislaman lainnya. Namun, selepas menikah perjalanan hidup tidak selalu indah dan mudah.


Tuntutan keluarga mulai antri dan cukup menguras isi dompet. Dari urusan isi perut, rumah, biaya berobat, hingga anggaran menghadiri resepsi pernikahan. Nah, mulailah jadwal menghadiri majelis taklim dipangkas, dan  lama-lama ditinggalkan.


Kenapa pernikahan terkadang menjadi batu sandungan majelis ta'lim? Padahal, ilmu adalah salah satu kunci kebahagiaan sebuah keluarga.


Mestinya ketika menikah, orang menjadi lebih giat mencari ilmu. Karena ia berada dalam dunia yang baru, yang menuntut banyak pengetahuan dan ilmu syar'i yang memadai.


Maka, bagi mereka yang sudah berkeluarga, mempunyai anak, bahkan cucu, rengkuhlah ilmu sebagai pelita menuju surga Allah Ta'ala.


Sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi wa sallam:
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim". (HR. Ibnu Majah, Al Baihaqi dan Ibnu 'Adi. Dishahihkan syaikh Al Albani dalam Shahih Jami' Shaghir no 3913 dan Shahih Targhib wa Tarhib no 70)


Mari kita tengok lebih dekat rumah tangga Rasulullah. Kesibukan apa yang selalu menghiasi keluarganya? Rumah tangga Rasulullah sangat akrab dengan bacaan Al-Qur'an dan Sunnah. Keduanya menjadi referensi pertama dan ilmu yang paling utama yang diburu oleh setiap hamba.


Itulah yang diwariskan oleh Rasulullah kepada umatnya. Beliau tidak mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi beliau mewariskan ilmu.


Motivasi yang tinggi dalam mencari ilmu juga terlihat pada anak cucu Rasulullah. Diceritakan oleh Abdurrahaman bin Ardak bahwa suatu ketika Ali bin Husain memasuki masjid. Ia meminta jalan kepada mereka yang hadir sehingga ia duduk dalam halaqahnya (majelis ilmu) Zaid bin Aslam.


Melihat hal itu, Nafi' bin Jubair berkata: "Semoga Allah mengampuni anda. Anda adalah Sayyid (tuan) dari sekalian manusia. Anda bersusah-susah untuk menghadiri majelis hamba sahaya. Maka Ali bin Husain berkata: "Ilmu itu dibutuhkan, didatangi dan dicari dimanapun ia berada."


Demikianlah suasana keilmuan rumah tangga Rasulullah. Sekarang saatnya kita menciptakan suasana thalabul ilmi  yang baik di tengah keluarga kita. Sehingga akan tumbuh keluarga-keluarga muslim yang berkualitas sebagaimana yang Rasulullah bangun di keluarganya dan juga di kalangan para sahabatnya.


Maka, satu hal yang tidak boleh dilupakan bagi mereka yang hendak berumah tangga adalah menyiapkan ilmu.


Memang, menikah bagi seorang muslim adalah upaya menyempurnakan dien (agama). Akan tetapi, bukan hanya karena menikah lantas dien seseorang secara otomatis menjadi sempurna.


Menikah hanya faktor pendukung, tetapi kesempurnaan itu lebih pada proses pengejawantahan tujuan-tujuan pernikahan.


*irlind


Sumber:
Bina Keluarga. Majalah Ad-Dakwah Edisi 10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar